TAREKAT TIJANIYAH
TAREKAT
TIJANIYAH
Tarekat
Tijaniyah meyakini adanya kemungkinan berjumpa Nabi Muhammad SAW secara fisik
di dunia. karena Nabi SAW telah memberikan keistimewaan tarekat ini dengan
sholawat al-Fatih. Pendirinya, Abu al-‘Abbas Ahmad al-Tijani (w. 1230 h.)
mengaku berjumpa Nabi Muhammad SAW secara fisik dan diajari sholawat al-Fatih.
(Bakir, Abu al-‘Azayim Jad al-Karim, Shuwar min al-Shufiyah, 2014 hal.
22). Muhammad al-‘Arabi al-Saih
al-Tijani menegaskan bahwa, di antara
keutamaan tarekat Tijaniah adalah barangsiapa memasuki tarekat ini dan patuh
atas kepemimpinan Syekh Ahmad al-Tijani dengan penuh kecintaan dan pengakuan
atas kebenarannya dengan sempurna, maka ia akan aman di sisih Allah di dunia
dan di akhirat. al-Qasim,
Mahmud ‘Abd. al-Rauf, al-Kasyf ‘an Haqiqat al-Shufiyah, hal. 410
Tarekat
ini dikritik sebagai tarekat yang membesar-besarkan hal-hal kecil dan
menganggap kecil hal-hal besar, sehingga
menyebabkan kemalasan mengerjakan syari’at islam. para pengikut pengikut
tarekat ini, meyakini bahwa, membaca sholawat al-Fatih satu kali adalah
sebanding dengan membaca al-Quran 1.000 kali khataman. Mereka memandang diri
mereka memiliki kelebihan dari orang kebanyakan,
diringankan dari sakaratul maut dan Allah melindunginya langsung dari
‘arasy-Nya langsung ketika di alam barzakh. Kesamaan dengan tarekat-tarekat
lain, tarekat tijaniyah memperbolehkan tasawwul dengan dzat Nabi Muhammad SAW.
(Bakir, Abu al-‘Azayim Jad al-Karim, Shuwar min al-Shufiyah, 2014 hal.
22). Dan, perkataan Syekh Abu al-‘Abbas Ahmad al-Tijani yang mengatakan bahwa,
tidak satupun pemimpin berhak membantu para pengikutnya masuk sorga tanpa hisab
dan mengalami siksa akibat dosa-dosanya ketika di dunia, kecuali saya sendiri (Bakir,
Abu al-‘Azayim Jad al-Karim, Shuwar min al-Shufiyah, 2014 hal.
17).
Shalawat
al-Fatih memiliki kedudukan mulia di kalangan Tijaniyah karena diyakini sebagai
keistimewaan yang diterima oleh Abu al-‘Abbas Ahmnad al-Tijani (w. 1230 M.) secara
langsung dalam keadaan berjaga dari Rasulullah SAW. Membaca
sholawat al-Fatih satu kali sebanding dengan membaca al-Quran khatam seribu kali. Mereka meyakini memiliki kelebihan dibanding dengan muslim
kebanyakan. Mereka akan dirigankan ketika menghadapi sakaratul maut dan diberi perlindungan
oleh Allah ketika Hidup di alam barzakh. (Bakir, Abu ‘Azayim Jad Al-Karim, Shuwar
Min Al-Tashawuf Halaman 22 )