DZIKIR/WIRID TAREKAT TIJANIYAH
DZIKIR/WIRID TAREKAT TIJANIYAH
SUTEJA
Tarekat Tijaniyah, tutur KH. A. Syifa, mengenal adanya tiga macam dzikir yang menjadi ritual mereka,
yaitu: wirid lazimah, wirid Wadzifah dan wirid Hailallah.[1]
a.
Wirid Lazimah
Wirid Lazimah wajib diamalkan oleh
setiap murid tijaniyah pada waktu pagi dan sore tanpa ketentuan harus secara
berjamaah. Kebanyakan mereka mengamalkan secara individual di rumah
masing-masing atau di tempat di mana
saat itu ia berada.
Bacaannya adalah kalimat istighfar yang harus dibaca berulang-ulang sebanyak 100
kali. Dilanjutkan dengan bacaan shalawat Fatih Tijanni 100 kali. Dan, lafadz hailalah
atau tahlil (Laa ilaha ilallah) yang
harus dibaca sebanyak 99 kali dan diakhiri dengan bacaan kalimat Lâ
ilâha ilâ Allâhu Muhammadun
Rasulullâh ‘alayhi salâmullâh
Allâhumma Shalli ‘Alâ Sayyidinâ Muhammadinil Fâtih
Limâ Uqliqa wa al-Khâtim Limâ
Sabaqa, Nâshir al-Haqq Bi al-Haqq wa al-Hâdi ilâ Shirâtika al-Mustaqîm Wa ‘Alâ
Alihi Haqqo Qodrih wa Miqdârih al-‘Adzîm)
1.
Wirid Wadzifah
Wirid Wazhifah biasanya dilakukan secara berjamaah, karena ketentuan utama
melakukan wirid ini adalah berjamaah. Namun tradisi ini biasanya dilakukan oleh
para murid tijani dalam jumlah yang sangat terbatas. Biasanya dilakukan oleh kelompok
jama’ah yang berdekatan.
Bacaan wirid wadzifah adalah: Astaghfirullah al’Adzim alladzi
laa ilaaha illa huw al-Hayyu al-Qoyyuum Dibaca semampunya, tidak ada
batasan jumlah dan waktu membacanya. Namun bagusnya dua kali sehari.
2. Wirid
Hailallah ‘Ashriyah Jum’iyah
Tradisi berjamaah pada setiap hari jum’at untuk melakukan wirid
hailallah, karena ketentuan utama melakukan wirid hailallah adalah
berjamaah. Tradis demikian bisa dilakukan oleh para murid dalam jumlah yang
banyak yang dipimpin langsung oleh muqaddam. Para muqaddam yang ada di setiap
daerah masing-masing memimpin langsung wirid hailallah bagi murid-murid
tijaniyah.
Bagi murid yang domisilinya sangat jauh dari muqaddam dan
tidak bisa menjangkau tempat muqaddam mereka bisa bergabung dengan ikhwan
yang lain, yang dibawah pimpinan badal muqaddam atau imam hailallah
yang biasa menjadi pimpinan wirid dan ditunjuk oleh muqaddam. Murid yang berada
di daerah yang letaknya jauh dari ikhwan yang lain bisa bergabung dengan jamaah
di daerah tetangga yang dekat. Jika masih kesulitan, mereka masih bisa
mengamalkan wirid-wirid itu secara individual di rumah terutama karena mereka
ada ‘udzur atau berhalangan, juga ditempat-tempat lain sesuai kebutuhan. Tempat
yang sering digunakan adalah zawiyah/masjid asuhan muqaddam,
karena para muqaddam biasanya bertempat tinggal di dekat mesjid
atau pesantren. Tetapi bisa juga
diadakan ditempat tertentu atau mesjid tertentu atas permintaan yang
berkepentingan setelah mendapat restu dari muqaddam. Bacaan wirid Hailallah
adalah:
1. Astaghfirullâh al-‘Azhîm alladzi lâilâha
illâ huwal hayyu al-Qoyûm dibaca berulang-ulang sebayak 3 kali
2. Shalawat Fatih dibaca berulang-ulang sebayak 50 kali
Tiga unsur wirid Tarekat Tijaniyah yang dimaksud yakni
istighfar, shalawat dan dzikir merupakan satu
rangkaian tahap persiapan yang bersambungan. Tahap pertama istighfar yang berfungsi sebagai tahap pembersihan jiwa dari
noda-noda maksiat dan perilaku yang bertentangan dengan perintah Allah swt.
Pembersihan ini, sebagai tahap persiapan menuju tahap pengisian jiwa dengan
rahasia-rahasia shalawat. Tahap kedua shalawat yang berfungsi sebagai cahaya
penerang hati, pembersih sisa-sisa kotoran , dan pelebur kegelapan hati. Fungsi
demikian sangat penting karena menjadi tahap persiapan menuju rahasia tauhid.
Tahap ketiga adalah tauhid (makna lain dari inti tahlil), sebagai tahap
menuju berada disisi Allah sedekat
mungkin.