DZIKIR WIRID
DZIKIR WIRID
Agama
shufi adalah wirid yang diciptakan oleh syekh dan dianggap sebagai ibadah.
dizkir kalimat tahlil لا إله
إلا الله adalah dizkir umum. Sedangkan
dzikir khusus yait melafalkan kalimat الله diposisikan lebih utama daripada membaca al-Quran. { al-Fawzan, Shalih bin Fawzan bin ‘Abdullah, Haqiqat al-Tasawuf
wa Mawqif al-Shufiiyah min Ushul al-‘Ibadah wa al-Din, hal. 17}
Meskpiun
berbeda-beda nama dan masing-masing mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri akan
tetapi tarekat para sufi seperti
al-Syadzali, al-Rifa’i, al-Tijani, al-Qadiri, al-Naqsyabandi dan
lain-lain memiliki tujuan satu (al-Qasim,
Mahmud ‘Abd. Al-Rauf, al-Kasyf ‘an
Haqiqat al-Shufiyah, hal.9). Aqidah shufiah adalah لا موجود إلا الله {al-Kalabadzi, al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tasawwuf, hal. 130}
Tarekat memiliki kedudukan mulia karena ia akan mengantarkan kepada haqiqat.
Seseorang tidak akan dapat mencapai haqiqat sebelum menjalani tarekat {hal. 397}.
Jumlah
tarekat adalah sejumlah banyaknya
syekh pendiri tarekat. Tarekat-tarekat dimaksud dapat dibedakan berdasarkan lafal
wirid. (al-Qasim,
Mahmud ‘Abd. al-Rauf, al-Kasyf ‘an Haqiqat al-Shufiyah, hal. 404).
Dzikir sufi
mengutamakan dzikir ifrad dengan melafalkan kalimat الله الله
الله atau هو, هو, هو . Ada juga
yang mendawamkan sholawat. (Bakir, Abu ‘Azayim Jad Al-Karim, Shuwar Min Al-Tashawuf, 2014. Halaman 11-12 ). Mendawamkan dzikir didalam aterkat diyakini sebagai cara
efektif untuk mencapai kedekatan (qurb)
dengan Allah. Seluruh
tarekat sepakat bahwa, mendawamkan dizkir akan membuahkan kebersihan sir. Dan, ketika sir telah mendapatkan kejernihannya maka ia akan
mendapatkan posisinya di hadirat Allah. (al-Qasim,
Mahmud ‘Abd. al-Rauf, al-Kasyf ‘an Haqiqat al-Shufiyah, hal.371). {al-Anwar
al-Qusiyah, juz I, hal.144)
Syekh Dawud bin Bakhila menegaskan, wahai murid hendaknya tujuan
dizkir dan ibadahmu adalah pahala. Tetapi, yang lebih penting dari itu adalah
kelezatan munajat dengan Allah.(al-Qasim, Mahmud ‘Abd.
al-Rauf, al-Kasyf ‘an Haqiqat al-Shufiyah, hal.374) dan {al-Anwar
al-Qusiyah, juz I, hal.144) Ketika
seorang selalu dizkrullah maka dia akan mendapatkan penampakkan
sifat-sifat Allah dan kelezatan sirna kedalam wujud-Nya, baik materi dan immateri (al-Qasim,
Mahmud ‘Abd. al-Rauf, al-Kasyf ‘an Haqiqat al-Shufiyah, hal.377). Haqiqat adalah buah dari thariqat seperti persaksian terhadap nama-nama,
sifat-sifat dan dzat Allah. (al-Qasim,
Mahmud ‘Abd. al-Rauf, al-Kasyf ‘an Haqiqat al-Shufiyah, hal.377).