DARI FISIK KE METAFISIK
DARI FISIK KE METAFISIK
Suteja
PENGANTAR
Alam atau makhluk
atau mumkinat atau mawjudat
adalah setiap sesuatu selain Allah. Segala yang mawjud adalah ciptaan Allah, baik yang ada di alam
dunia dan yang akan ditemui di alam akhirat. Kehidupan duniawi, bagi setiap
manusia, dimulai ketika semua ruh
manusia berkumpul di alam arwah kemudian dimasukkan oleh Allah ke alam rahim
(kandungan ibu hamil). Status manusia
ketika berada di dalam dua kehidupan itu adalah sama sebagai makhluk Allah yang
mengakui ketuhanan dan kesaan Allah.
Kehidupan berikutnya,
yakni kehidupan yang ketiga, dimulai ketika manusia dilahirkan dari rahim
ibunya ke alam nyata. Setiap bayi yang
dilahirkan pada asalnya adalah masih suci dan masih terpelihara fitrahnya.
Fitrah yang dimaksud adalah keimanan dan tawhidullah serta kecederungannya terhadap kebiakan, cinta
kasih dan keadilan. Akan tetapi, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah SAW,
perkembangan fitrah itu kemudian ditentukan oleh kedua orang tuanya sebagai
lingkungan pendidikan yang paling pertama. Lingkungan keluarga dan juga masyarakat menjadi salah satu faktor pembentuk
dan pemelihara kesucian fitrah manusia.
Kehidupan yang keempat
dan kelima adalah kehidupan setelah kehidupan di alam dunia ini telah selesai
sesuai perjanjian ketika di alam arwah. Secara fisik kehidupan setiap manusia
akan selesai bila mengalami kematian, yakni keluar dan terpisahnya ruh dari
jasmani. Kehidupan keempat itulah yang
disebut dengan kehidupan alam ‘alam al-Barzakh atau ‘alam
al-Qabr. ‘Alam al-Barzakh adalah dunia yang berada diantara kehidupan
nyata (dunia) dan kehidupan tidak nyata (gaib) yakni ‘alam al-Akhirat.
‘Alam al-Akhirat adalah kehidupan yang abadi sementara
kehidupan dunia hanyalah sementara, sesuai kontrak usia masing-masing. ‘Alam
al-Akhirat adalah alam terang karena
disiniari langsung oleh cahaya Allah, sedangkan
alam dunia yang kita tempati sekarang ini adalah kegelapan, karena
kehidupan di siang hari membutuhkan kemunculan
matahari dan kehidupan malam membutuhkan kemunculan bintang-bintang atau
bulan. Sedangkan ‘alam al-Barzakh adalah kehidupan semi dan akhirat,
karena penyinarannya tidak lagi ditembus oleh sinar matahari tetapi disinari
oleh cahaya dari kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dari kehidupan di alam barzakh atau
alam kubur.
Nasib seseorang di alam
barzakh sangat ditentukan oleh kualitas ibadah ketika di dunia. Sekecil apapun
perbuatan manusia ketika di alam dunia, maka di alam barzakh akan menampakkan
diri dan menjelma menjadi teman atau musuh, sesuai kehendak Allah. Setiap
perbuatan baik atau ibadah akan menjelma menjadi makhluk yang baik dan akan
menemani seseorang dalam kehidupan di alam barzakh. Sebaliknya, perbuatan buruk
yang dilakukan ketika di dunia akan menjelma menjadi musuh yang akan meyakiti
secara terus menerus sehingga tiba kiamat kubro.
Setiap manusia hidup di
alam barzakh sendiri-sendiri dan hanya ditemani oleh amal ibadahnya ketika di
dunia, yakni sedekah jariah, ilmu yang memberikan manfaat bagi orang lain dan
doa anak saleh. Teman yang tidak boleh dilupakan adalah amal ibadah berupa kebiasaan seseorang yang selalu berbakti dan
tidak meyakiti kedua orang tua, serta kegemaran melantunkan sholawat atas Nabi
Muhammad SAW.
Sebaliknya, ketidak
hati-hatian dalam bersuci dari hadats, kebiasaan menggunjing (ghibah)
dan mengadu domba (namimah) merupakan faktor penentu yang paling dahsyat
dan sangat menyengsarakan nasib seseorang di alam barzakh. Penderitaan di alam barzakh bersifat sangat
personal dan hanya dapat dicegah dengan ibadah masing-masing, selain tiga hal
yang dijanjikan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW telah memperingatkan kita untuk
berhati-hati didalam bersuci. Bagi seseorang yang gemar membaca al-Quran,
Rasulullah SAW menganjurkan untuk membiasakan membaca surat al-Zalzalah
ataupun surat al-Mulk sebagai ikhtiar mencegah siksa kubur.
Kehidupan berikut
sebagai kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan akhirat yang dimulai
dengan dibangkitkannya semua makhluk dari ‘alam al-Barzakh, setelah dunia ini dihancurkan dan kehidupan
dunia ini berakhir secara keseluruhan (yawm al-Qiyamah). Kehidupan
dilanjutkan dengan dikumpulkannnya seluruh makhluk (jin, iblis, syetan, manusia
dan malaikat) di sebuah tempat yang lazim disebut ‘alam al-Mahsyar. Setiap manusia, di ‘alam al-Mahsyar, menunggu kesimpulan akhir dari seluruh
perilakunya ketika di dunia (mizan al-‘Amal) dan keputusan Allah tentang nasibnya
kemudian apakah berhak menjadi penduduk sorga atau sebaliknya menjadi teman
iblis dan syetan di neraka.
Saat-saat penantian di ‘alam
al-Mahsyar tidak seorang pun manusia yang memiliki kemampuan untuk menolong
dirinya sendiri kecuali amal ibadahnya, terlebih-lebih menolong orang lain.
Tetapi, Allah SWT yang Maha Adil kemudian memperlihatkan betapa keistimewaan
Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya makhluk Allah yang paling sempurna dan
paling berwenang memberikan pertolongan (syafa’at al-‘Udzma) bagi para
pelaku dosa, terutama umat Islam yang benar-benar mencintai dan itba’
al-Rasul.
Rasulullah SAW, atas
wewenang Allah, berkenan berdiri di sisi shirat al-Mustaqim. Rasulullah
SAW berkenan memberikan syafa’at
kepada setiap manusia membutuhkan
syafa’atnya. Kemuliaan Rasulullah SAW sebagai makhluk paling sempurna dan
dimuliakan Allah, sangat tampak dalam proses pemberian syafa’at dimaksud.
Rasulullah memberikan kewenangan para sahabat beliau, para syuhada’ dan
para ulama untuk memberikan syafa’at kepada siapapun yang dikehendaki mereka.
Berkat syafa’at Rasulullah SAW ummat Islam dapat melewati shirat al-Mustaqim
dengan selamat, sesuai kadar
keimanan dan ibadah, sehingga sampai ke sorga Allah SWT. Bagi ummat beriman
kehidupan yang hakiki dan abadi adalah di sorga. Sementara orang-orang yang
membangkang (kufur) atau menseskutukan Allah (syirik) mereka
selamanya menetap di neraka.