POLA HIDUP ZUHUD
ZUHUD
SUTEJO IBNU PAKAR
Zuhud adalah kondisi kejiwaan seseorang yang tidak merasa bangga atas kemewahan duniawi yang telah ada didalam genggamannya. Sebaliknya, tidak merasa sedih karena hilangnya kemewahan itu. Bagi Abu Wafa al-Taftazani, zuhud bukanlah pola hidup kependetaan atau terputusnya kehidupan duniawi, akan tetapi merupakan hikmah pemahaman yang membuat seseorang memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi. Mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi kehidupan duniawi tidak pernah menguasai fitrahnya dan tidak membuat mereka mengingkari Allah.
Zuhud tidak mensyaratkan kemiskinan. Bahkan terkadang seorang itu kaya, tapi disaat yang sama diapun adalah seorang zahid. ‘Ustman bin ‘Affan dan ‘Abdurrahman ibn ‘Awf adalah para hartawan, tapi keduanya adalah para zahid dengan harta yang mereka miliki.
Zuhud sebagai moral (akhlak) Islam memandu sikap hidup yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam memaknai dan menyikapi kehidupan. Dunia dipandang sebagai sarana ibadah dan untuk meraih keridlaan Allah swt., bukan tujuan tujuan hidup, dan disadari bahwa mencintai dunia akan membawa sifat–sifat madzmumah (tercela). Keadaan seperti ini telah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya.